Dato’ Haji Marwan AlJa’fary: Kami harapkan agar memahami dan menaati makna serta ajaran dari adat budaya Sepintu Sedulang dan Serumpun Sebalai
Cakrawalanational.news-Sungailiat, Di tengah hiruk-pikuk pemberitaan mengenai perselisihan antara Gubernur dan Wakil Gubernur (Wagub) Kepulauan Bangka Belitung (Babel), para Tokoh Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) tetap konsisten melaksanakan program unggulannya: ‘Gerbang EMas’ (Gerakan Bagi-bagi Dulang ke Masjid-masjid).
Gerakan ini dilaksanakan setiap hari Jum’at dan dikolaborasikan dengan program ‘Safari Jum’at MABMI’. Dalam setiap kegiatan safari, Ketua MABMI, Dato’ H. Marwan Al-Ja’fary DPMP, hampir selalu diminta oleh pengurus masjid setempat untuk menjadi khatib sekaligus imam solat Jum’at. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh beliau untuk menyampaikan pencerahan dan pemikiran kepada masyarakat.
Pada Jum’at lalu (11/7/2025), kegiatan berlangsung di Masjid At-Taubah, Sinar Jaya, Sungailiat Kabupaten Bangka Kepulauan Bangka Belitung. Setelah solat Jum’at, dilaksanakan acara pembagian dulang dan tudung saji kepada pihak masjid.
Dalam sambutannya, Dato’ Marwan Al-ja’fary menyampaikan bahwa ‘GerBang EMas’, bertujuan melestarikan adat budaya ‘Sepintu Sedulang’, yang kini mulai tergerus dan bergeser menjadi ‘sepintu serantang’ atau juga ‘sepintu sekotak’.
Secara filosofis, Dato’ Marwan menjelaskan bahwa, di dalam satu dulang dan tudung saji, terdapat nilai-nilai ajaran Islam sekaligus ajaran kebangsaan.
‘Satu dulang’, melambangkan Tauhid bahwa kita, umat Islam, bertuhan satu, Allah SWT. Lima piring dalam dulang mewakili Rukun Islam yang lima, sebagai simbol syariat. Tudung saji yang berwarna-warni menggambarkan masyarakat yang majemuk berbeda suku, budaya, adat, dan pendapat namun tetap rukun dan saling menghargai, yang merupakan makna dari muamalah dalam Islam.
Lebih jauh dikatakannya, dulang dan tudung saji ini juga memuat ajaran bernegara:
Tudung saji yang berwarna-warni adalah simbol Bhinneka, yaitu keberagaman. Sedangkan Satu dulang adalah simbol Tunggal Ika bersatu dalam perbedaan. Lalu Lima piring mencerminkan lima sila Pancasila, dasar negara kita.
Dato’ Marwan juga menekankan bahwa setelah terbentuknya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), identitas adat Sepintu Sedulang diperkuat dengan falsafah Serumpun Sebalai.
Serumpun berarti satu kelompok, satu etnis, satu kepulauan kita satu entitas. Sedangkan Sebalai artinya duduk bersama, bermusyawarah, dan bermufakat di ‘Balai’ untuk menyelesaikan masalah bersama demi kemajuan daerah.
Karena itu, Dato’ Marwan menyerukan kepada Bapak Gubernur dan Ibu Wakil Gubernur yang telah ikut retret, memahami dan memaknai ajaran adat budaya Melayu tersebut.
“Kami harapkan agar memahami dan menaati makna serta ajaran dari adat budaya Sepintu Sedulang dan Serumpun Sebalai. Dua nilai inilah yang menjadi slogan sekaligus dasar filosofis dalam memimpin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar pemerintahan tetap rukun, adem, dan berkeadilan”, imbuhnya.
Demikianlah pesan adat dari Dato’ H. Marwan Al Ja’fary, diakhiri dengan kalimat wassalamu’alaikum.
Panghulu Negeri Serumpun Sebalai
Editor: Hairul Anwar Al-ja’fary