Episode-1
Cakrawalanational.news-Pangkalpinang, Diambil kisah dari Wikipedia dan beberapa sumber dari toko masyarakat, bahwa Fatih Kriopanting adalah seorang pangeran dari Kesultanan Palembang Darussalam anak dari Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (1706-1714 ), sejak kecil beliau sudah mendapat Karomah dari Allah Subhana WataAllah dengan rambutnya yang tidak dapat dipotong secara sembarang jenis senjata.
Namun, ketika terjadi kemelud dalam Keluarga Kesultanan Darussalam hingga adik dari Pangeran Purbaya yaitu Pangeran Tumenggung Muhamad Ali berserta adik-adiknya yang masih kecil diungsikan keluar dari istana Kesultanan Palembang Darusalam.
Peristiwa itu terjadi setelah Pangeran Purbaya meninggal dunia karena diracun, kemudian tampuk tertinggi Kesultanan Palembang Darussalam dipimpin adik dari Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago yaitu Sultan Agung Kamarudin (Paman Sultan Muhammad Ali) pada tahun 1714-1724.
Dari tahun 1722 inilah, Sultan Agung Kamarudin mengadakan perjanjian pertambangan dan perdagangan timah di Pulau Bangka dengan VOC (Perusahan Dagang Belanda) yang mengikat dan sangat merugikan pihak Kesultanan terutama masyarakat Bangka sehingga membuat masyarakat mengadakan protes kepada Sultan Agung Kamarudin.
Dua tahun setelah itu, (1724) Pangeran Tumenggung Muhamad Ali dan adiknya Raden Wirakmo menuntut Kesultanan dari orangtuanya Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago untuk dikembalikan kepada mereka. Namun, untuk menghindari pertumpahan darah kepada keponakannya sendiri, maka Sultan Agung Kamarudin mengambil kebijaksanaan sehingga Kesultanan Palembang Darussalam dipecah menjadi 2 (dua wilayah) Kesultanan, yaitu : Raden Wirakmo diangkat meneruskan Kesultanan Palembang Darussalam dengan nama Sultan Mahmud Badarudin dan berpasangan dengan menantunya yang sudah janda dengan wilayah kekuasaan Palembang sekarang, sedangkan Pangeran Tumenggung Muhamad Ali (Batintikal) diangkat menjadi Kesultanan di Bangka dengan nama Sultan Muhamad Ali dengan wilayah Bangka Belitung (Babel) sekarang.
Perpaduan Kesultanan kakak beradik ini terjalin hubungan sangat harmonis sehingga Kesultanan Palembang Darussalam menjadi kuat dan memiliki wilayah yang makmur sehingga terkenal sampai ke manca negara.
Sementara, perjanjian dagang dan pertambangan timah di Pulau Bangka sejak Sultan Agung Kamarudin dengan VOC dibatalkan oleh Sultan Muhamad Ali di Bangka membuat situasi perdagangan timah di wilayah Bangka Belitung (Babel) menjadi pesat dan lancar karena tak ada lagi campur tangan Kompeni.
Wajar saja selama bekerjasama dengan VOC pihak Istana Kesultanan sangat merugi, oleh sebab itu perdagangan dan pertambangan timah di Bangka dikelola sendiri oleh pihak kesultanan yang mendatangkan tenaga ahli dan pekerja dari Tiongkok.
Dalam perdagangan, Sultan Muhammad Ali (Batintikal) menjalin hubungan dengan pedagang dari Arab dan Tiongkok dengan sangat baik, oleh karenanya semenjak Bangka di pimpin oleh Sultan Muhammad Ali masyarakat Bangka mencapai jaman keemasan, dimana banyak lahir dan berkembang sastra-sastra melayu, seperti pantun dan budaya-budaya bernuansa lokal mulai berkembang menjadi adat kebiasaan masyarakat.
Adapun dalam pemerintahan pembagian wilayah Sultan Muhamad Ali membagi beberapa wilayah disetiap wilayah yang di pimpin oleh ‘DEPATI’ setiap depati didampingi seorang Ulama yang bergelar Syeh sebagai penasehat Depati. dimana dengan kesolehan dan kepandaian dalam menguasai ilmu agama Islam, Sultan Muhamad Ali menjadi sosok yang sangat dicintai masyarakat serta sangat mematuhi aturan yang ditetapkan sehingga masyarakat Bangka Belitung pada masa tersebut menjadi makmur dan sejahtera.
Peninggalan beliau yang masih berbekas dan terkesan terletak di daerah Bangka Selatan (Basel) tepatnya di Desa Gudang dan Bangka Kota (Kute). bahkan disana masih ada bekas-bekas tembok yang seakan berbentuk benteng pagar sebagai pelindung dari serangan musuh (Belanda).
Menurut cerita di Kampung Bangka Kota (Kute) itulah sempat dibangun istana beliau, namun berdirinya kesultanan tersebut tak menjelang lama karena telah dibumihanguskan oleh Kompeni Belanda. Sedangkan di Desa Gudang, tempat persembunyian Pendekar Batin Tikal alias si-jago pantun yang bergelar nama Kriopanting ini selalu menjadi incaran musuh bebuyutan Belanda.
Kemungkinan besar, diambil dari riwayat inilah Adat Budaya ‘NGANGGUNG’ yang diadakan pada peringatan hari-hari besar perayaan Islam dengan tujuan mempererat rasa jalinan persaudaraan antar masyarakat sehingga agama Islam sangat berkembang di Bangka Belitung (Babel) berpadu bersama dengan para Ulama-Ulama dari luar Pulau Bangka hingga Manca Negara.
(Bersambung,—)
Ditulis oleh : Hairul Anwar Al-ja’fary