Example 728x250.

Lebah Tidak Pernah Mengganggu, Tapi Jangan Diganggu

banner 120x600

Penulis : Hairul Anwar Al-Ja’fary

Cakrawalanational.news-Pangkalpinang, Pada dunia fauna, binatang berjenis serangga ini merupakan hewan yang tak asing dikenal, karena salah satu favorit yang dimanfaatkan manusia air madunya, ia adalah binatang Lebah. Binatang bersengat ini mempunyai nilai yang banyak manfaat untuk kehidupan manusia di muka bumi. Kendati, Ia memiliki senjata penyengat, namun lebah tidak pernah mengganggu tapi jangan diganggu.

Perlu diingat, lebah jangan diganggu atau disakiti, karena bila diganggu maka akan dikejar kemanapun engkau lari tunggang-langgang, meski menceburkan diri masuk ke dalam air sungai-pun pastilah ditunggunya hingga sampai kita keluar. Lebah akan menggunakan sengatnya bila ia terasa terancam. Jika manusia sudah terkena sengatannya maka kulit terasa sakit dan membengkak. Meski Binatang ini memliki satu kali sengatan namun Ia tidak pernah takut, wajar saja Ia digelar “pasukan berani mati”, setelah menyerang lawannya dengan sengatan maka Ia akan mati.

Disisi lain Lebah hanya memakan makanan yang baik, jika mengeluarkan sesuatu yang baik pula, dan bila hinggap di atas ranting pohon tidak mematahkannya dan merusaknya. Artinya “Tidak merusak dimanapun hinggap dan tidak mengganggu kalau tidak diganggu”.

Binatang berkelompok ini membentuk sebuah koloni dan menjunjung tinggi sistem kerja sama, mereka membagi tugas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Sehingga tak heran, lebah ratu bertugas menghasilkan larva-larva baru, lebah jantan mengawini lebah ratu dan lebah pekerja memenuhi kebutuhan lebah ratu dan lebah betina.

Dengan demikian, mereka mempunyai perilaku yang sangat sistematis baik dalam membuat sarang, mencari makan dan menjalankan aktifitas, layaknya sesuatu yang sudah direncanakan. Kebiasaan lebah berbeda dengan binatang-binatang yang lain, misalnya sang ratu mempunyai kekuasaan penuh dalam memimpin anak buahnya dan dalam satu sarang diperbolehkan hanya ada satu ratu saja. Mereka sangat menjunjung tinggi solidaritas antar sesama saling menjaga dan saling melindungi satu sama lain.

Dalam Alquran banyak ayat-ayat yang mengungkapkan tentang makna edukatif perilaku lebah khususnya pada surat An Nahl ayat 68 dan 69. Pada ayat tersebut Allah berfirman : Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. Dan di ayat selanjutnya, “makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)“.

Dari semua penjabaran diatas dapat kita simpulkan bahwa Allah menciptakan makhluk hidup yang ada dimuka bumi ini semuanya mengandung pelajaran dan manfaat yang sangat penting bagi manusia.

Karena manusia sebagai makhluk yang sangat sempurna dibanding dengan makhluk-makhluk lain yang ada di dunia ini. Sudah selayaknya mencontohkan kehidupan lebah yang sangat sistematis, saling membantu, saling menjaga dan memenuhi kebutuhan satu sama lain tanpa ada yang merugi.

Patut dicontoh dari kehidupan lebah adalah menghasilkan yang bermanfaat bagi orang lain tanpa mengharap imbalan apapun. Seperti lebah menghasilkan madu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, artinya seorang muslim akan selalu berusaha untuk memiliki kontribusi untuk semua umat. Bahkan menjadi jalan dan pintu kebaikan dan inspirasi bagi yang lainnya.

Namun, Lebah sangat waspada dan tak segan untuk menyerang musuh ketika sarangnya diganggu. Begitupun dengan muslim, dia akan marah menggelegak hebat ketika sesama muslim diganggu dan dihina. Ia akan terpanggil ketika jamaah muslim didzalimi. Karena hatinya telah peka oleh empati yang terikat iman yang kokoh.

Lebah tidak pernah merasa malas. Lebah binatang yang ulet, pekerja keras dan pantang menyerah. Bahkan ia tidak mau makan dari kerja orang lain. Maka sudah selayaknya muslim juga memilki sikap yang sama.

Lebah adalah binatang yang cerdas, ia jarang menyakiti, rendah (tawadlu), bermanfaat, selalu merasa cukup (qona’ah), bekerja di waktu siang, menjauhi kotoran, makanannya halal nan baik, ia tak mau makan dari hasil kerja keras orang lain, amat taat kepada pemimpinnya, dan lebah itu berhenti bekerja bila ada gelap, mendung, angin, asap, air dan api.

Demikian pula mukmin amalnya terkena penyakit bila terkena gelapnya kelalaian, mendungnya keraguan, angin fitnah, asap haram, dan api hawa nafsu” (Faidlul Qadiir, 5/115).

Maka, hendaknya kita mencontoh lebah dalam mengkonsumsi yang baik (halal) menghasilkan yang baik (amal sholih), kesetiaan terhadap pimpinan, keuletan dan kerja keras, loyalitas, kerjasama, dan tanggung jawab personal dan jamaah.

Jangan sampai kita menjadi seperti Lalat. Suka hinggap di tempat kotor-kotor, menghasilkan yang kotor (belatung) dan membawa keburukan terhadap pihak lain (penyakit).

Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk dibaca, khususnya kepada saya sendiri yang banyak kekurangan dan khilaf, kalaupun ada salah kata dalam tulisan, mohon maaf, Wuallahualam bissawab”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *