Example 728x250.

Orang Bangka dan Lebah Pelawan

banner 120x600

Oleh : Dato’ H Marwan Al-ja’fary, DPMP

Cakrawalanational.news-Bukitbetung Sungailiat, Pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dianugerahi oleh Tuhan nikmat berupa vegetasi yang khas bernama Pelawan. Di pohon ini hinggap dan berkembang biak lebah, yang menghasilkan madu, dikenal sebagai madu pelawan.

Ketika dulu Kabupaten Bangka menjadi tuan rumah Porda Sumsel untuk pertama dan sekaligus terakhir kalinya maskotnya adalah lebah pelawan. Seniman tari kita pun mengkreasi tari kolosal yang menggambarkan kawanan lebah pelawan untuk memeriahkan upacara pembukaan Porda. Bahkan patung lebah dibangun khusus oleh Pak Eko Maulana Ali almarhum, untuk mengenang prestasi para atlet yang telah berjuang sehingga Bangka menjadi Juara Umum Porda saat itu.

Patung itu dahulu berdiri megah di persimpangan depan Gedung Juang Sungailiat, namun kini tak ada lagi, entah siapa yang meruntuhkannya.

Sudah selayaknya karena itu, kita orang Bangka menghayati kehidupan lebah, yaitu sekumpulan makhluk Tuhan yang terbukti pantas dijadikan teladan untuk beberapa sisi kehidupan manusia.

Ada banyak teladan yang bisa kita petik. Tetapi dalam kesempatan ini, dua saja yang penting saya sampaikan, sebagai pengingat bagi diri saya sendiri dan masyarakat khususnya masyarakat Melayu Bangka.

Pertama, konsumsi hariannya.
Lebah hanya mengambil sari bunga secukupnya, tanpa merusak tangkai tempat ia berpijak.

Dari perilaku ini, kita orang Bangka perlu belajar tentang keseimbangan bahwa mencari rezeki tidak boleh serakah, dan mengambil dari alam tidak boleh melebihi kadar kebutuhan. Begitupun perlakuan terhadap makhluk hidup yang lain. Jangan dzolim, memeras, mempermainkan aturan untuk mendapatkan cuan atau setoran tak halal setiap bulan, pekanan, bahkan harian.

Apabila generasi muda Melayu Bangka merantau ke manapun, ingatlah hal tersebut. Termasuk pegang prinsip di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Jangan berlaku mentang-mentang. Mentang-mentang jadi jaksa, misalnya. Kerjaannya memeras bahkan merampok kemerdekaan orang-orang yang tidak bersalah. Apalagi sombong berkata: Malaikat pun bisa kami tersangkakan!

Yang kedua, teladan yang bisa kita ambil dari lebah adalah keberanian dalam mempertahankan marwah.

Lebah tidak menyerang tanpa sebab. Ia tidak pernah mengganggu. Namun bila koloninya diganggu, ia akan membela sampai titik darah penghabisan. Di sini kita belajar tentang harga diri dan tanggung jawab, bahwa kedamaian bukan berarti pasif, melainkan menjaga kebaikan dengan keberanian.

Kita orang Bangka tak boleh jadi orang-orang penakut, apalagi ketika kita berada di jalan yang benar. Ketika kita dizolimi, diperlakukan tidak adil. Pepatah lama yang mengatakan “Berani karena benar, takut karena salah” masih tetap relevan hingga saat ini.

Hari ini, sebagai orang Bangka, Belitung, dan pulau-pulau di sekitarnya, kita menyaksikan bahwa perlakuan tidak adil kepada kita masih terus berlangsung. Tapi selama ini kita seringkali “neger“, tak hendak menunjukkan perlawanan. Padahal, seperti ditunjukkan oleh lebah pelawan, perlawanan itu adalah naluri yang tidak boleh kita redupkan apalagi dimatikan.

Beranilah saudara2ku! Karena keberuntungan, menyertai para pemberani

Sekali berarti, sudah itu mati.

Daripada berputih mata, lebih baik mati berkalang tanah!!!

(Red/CNN)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *