CNN — Binuntuli : Kejarlah ilmu sampai di negeri cina itulah pepatah yang di rasakan di dalam kehidupan nyata bagi puluhan siswa SDN Negeri Binuntuli kecamatan Liang kabupaten Banggai Kepulauan,Sulteng.
Puluhan siswa yang berasal dari dusun Mele ini setiap paginya harus berjuang dengan melawan ketakutan mereka untuk naik perahu menyeberang laut seluas 100 meter untuk dapat sampai di sekolah mereka.
Mau tidak mau, suka tidak suka mereka harus membesarkan hati dan jiwa mereka untuk dapat mendayung perahu mereka ke seberang dan ada juga orang tua mereka yang mengantar menyeberang anaknya agar bisa masuk sekolah.
Menurut salah seorang ayah warga dusun MELE yang setiap harinya mengantarkan anaknya sampai di ujung jembatan di mana selanjutnya puluhan anak anak SDN Binuntuli menyeberang untuk bisa sampai ke sekolah mereka, sesampai di desa Binuntuli mereka harus berjalan kaki 150 meter ke sekolah.
Saat di tanyakan oleh Kabiro media CNN Bangkep apakah usulan pembuatan jembatan penyeberangan dari dusun Mele sudah pernah di usulkan di dalam Musrembang kecamatan salah satu orang tua dari anak jhon pada Senin 24 juni 2024.
Jhon mengatakan bahwa sudah berulang kali di usulkan di Musrembang kecamatan sebagai usulan prioritas dari desa Binuntuli tapi sampai hari ini nihil dan tidak ada realisasi.
Menurut papa jhon demi ingin menjadi anak yang pintar dan juga ingin memggapai cita cita dan masa depan mereka terpaksa berjuang melawan ketakutan dan bahaya untuk naik perahu menyeberang menuju SDN Binuntuli.
Papa jon memaparkan pemerintah kabupaten Banggai kepulauan mau tergerak hati melihat kesedihan ketakutan anak anak kami dari Dusun mele ini berusaha meraih mimpi dan pergi ke sekolah walau harus menyeberang dengan perahu sampan.
“Sampai di jembatan sebelum naik di perahu mereka harus membuka baju seragam sekolah mereka serta sepatu untuk naik ke perahu, mengantisipasi agar baju seragam mereka tidak terkena air laut saat mereka menyeberang naik perahu.terkadang ada di antara mereka saat mendayung sampan, baju seragam sekolah mereka basah, dan terpaksa mereka tidak masuk sekolah, karena baju seragam basah di terpa ombak saat menyeberang.dan kembali pulang ke rumah.”paparnya.
Menurut papa jon ayah dari salah satu anak yang pergi ke sekolah naik perahu ini mengatakan bahwa kepsek SDN Binuntuli pernah mengajukan Proposal ke Dinas Perhubungan Bangkep untuk pengadaan perahu viber buat mengantar jemput anak anak ini ke sekolah.
“tapi baik usulan perahu maupun perbaikan jembatan sepanjang kurang lebih 100 meter tidak ada tanggapan dari pemda Banggai kepulauan. Jika seandainya anak anak ini harus memutar melewati jalan raya,jarak antara dusun MELE ke ibu kota desa Binuntuli berjarak 5 kilo (30 menit) otomatis mereka akan terlambat, tetapi jika jembatan penyeberangan di perbaiki perjalanan mereka lebih mudah dan dekat jarak ke sekolah mereka ditempuh 10 menit.” jelasnya.
Menurut papa jon, masyarakat dusun MELE sudah mengusulkan kepada PJ Kades untuk di masukan dalam anggaran dana desa untuk perbaikan kayu bantalan untuk jembatan tetapi menurut PJ Kades Binuntuli jembatan tersebut aset pemda kecuali di alihkan ke desa pengelolaannya baru bisa di gunakan dana desa.
Masyarakat Dusun MELE berharap PJ Bupati Bangkep Ihsan Basir SH. LLM bisa membantu untuk pembuatan jembatan penyeberangan MELE Binuntuli serta bisa masuk prioritas usulan pembangunan emergency.
“seandainya PJ Ihsan Basir belum bisa merealisasikan berhubung batas waktu PJ Bangkep hanya sampai 20 Juli 2024,masyarakat dusun MELE berharap agar PJ yang baru dapat mendengar keluhan masayarakat dusun Mele, jika tidak juga terealisasi, terpaksa masyarakat Mele berharap kepada Bupati baru nanti.” Harapnya.
(Victor, CNN Bangkep)